Dosislah yang membuat racun

Poisoned Apple
Poisoned Apple

Dosis facit venerum.

Kata-kata ini datang dari seorang yang bernama Paracelsus (1493-1541) yang juga dikenal sebagai pencipta toksikologi. Kalimat yang kurang lebih berarti “dosislah yang membuat racun” ini memberitahu kepada kita bahwa semua zat dapat menjadi berbahaya jika diberikan dalam dosis yang terlalu tinggi.

Prinsip ini berlaku untuk hampir sebagian besar obat yang yang kita kenal sekarang ini, maupun obat-obat yang mungkin sudah ditarik dari peredaran atau sudah tergantikan. Dosis yang terlalu rendah kemungkinan besar tidak akan memberikan efek apapun. Jika dosis yang diberikan ditinggikan, kemungkinan itu akan memberikan efek yang menguntungkan dan tidak beracun. Tetapi jika dosisnya terlalu tinggi, obat itu akan menjadi beracun dan mungkin dapat bersifat letal atau dapat menyebabkan kematian.

Untuk melihat secara gamblang, coba perhatikan dan amati apa yang terjadi di sekeliling kita. Manusia tidak dapat hidup tanpa air. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh kita untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh (darah kita mengandung kurang lebih 90% air), oleh tanaman untuk berkembang, untuk mencuci piring dan lain-lain. Tapi apa yang akan terjadi jika jumlah yang ada dalam jumlah yang sangat besar. Iya, “dosis” air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan banjir seperti yang sering terjadi di Jakarta. Juga api yang berguna untuk dipakai saat memasak dapat menjadi berbahaya jika ada dalam jumlah yang besar, seperti kebakaran hutan yang sering terjadi di Riau.

Jika melihat dari sudut pandang biomedis, kita dapat mengambil contoh alkohol. Dosis alkohol yang ada dalam tubuh kita dapat kita lihat dengan mengukur persentase ethanol di dalam darah kita yang memberikan hasil sebagai berikut: 0,05% (dosis tidak beracun); 0,1% (dosis beracun) dan 0,5% (dosis letal). jadi perbedaan yang hanya sebesar 0,05% membedakan alkohol dari fungsinya yang di satu sisi menguntungkan kita seperti menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, resiko terbentuknya batu empedu, dll dan fungsinya di sisi lain sebagai “pembunuh” dengan meningkatkan beban hati dan bahkan berbahaya untuk sistem jantung dan pembuluh darah kita.

Pemikiran ini membuat penelitian dan pengembangan obat menjadi benar-benar dikontrol dan diatur secara ketat. Dosis yang tepat harus dikalkulasi dan dibuat. Dosis yang terlalu rendah tidak akan memberikan efek apa-apa atau hanya sedikit efek, sedangkan dosis yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk pasien atau bahkan dapat menyebabkan kematian. Karena itu dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, penelitian untuk membuat obat harus melewati tahap preklinik dan klinik, serta tahap post-klinik, yang kurang lebih jika dijumlahkan dapat mencapai waktu 10-20 tahun, sehingga resiko obat untuk membahayakan pasien dapat dikurangi.
Walaupun demikian, kasus atau peristiwa yang tidak diharapkan dan diingini masih tetap bisa terjadi biarpun segala tindakan sudah dilakukan untuk mencegah dan menghindari hal-hal seperti itu.

Share

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *